Selasa, 05 Maret 2013

MENINGKATKAN ASI DENGAN DAUN PEPAYA




    Bagi para ibu  ASI merupakan salah satu kebutuhan untuk buah hati Anda. Ketika ASI tidak bisa di keluarkan karena yang disebabkan oleh berbagai faktor. Berikut tips-tips cara untuk meningkatkan ASI sebagai berikut :


  • Seduhan daun pepaya,  Sediakan daun pepaya yang tidak terlalu tua maupun tidak terlalu muda, remas-remas dengan jari dan masukkan ke dalam gelas. Seduh dengan air panas lalu saring airnya. Minum air remasan daun pepaya tadi. Minum air daun pepaya ini 3 kali saja, mASIng-mASIng diminum 2 hari sekali. Percaya  ASI jadi tambah banyak.
  • Katuk ,  Hampir semua orang tahu untuk meningkatkan produksi ASI bisa menggunakan katuk. Caranya bermacam-macam bisa disayur bening, ataupun olahan lainnya.
  • Kacang Ijo - Olahan bubur kacang ijo maupun minuman kacang-ijo yang dijual bebas di toko-toko bisa Anda gunakan juga untuk meningkatkan ASI.
  • Massage Payudara, Di massage oleh orang yang berkompeten. Setelah melahirkan,  maka aliran ASI akan  lancar sekali.
  • Kukusan pepaya muda , Cara ini mungkin tidak akan Anda sukai karena harus makan pepaya muda yang dikukus. Pastinya pahit. Pepaya muda tinggal di kukus dan kemudian diiris untuk kemudian di makan.

Okeh, Semoga Bermanfaat yah ^_^

RESEP BUBUR MUTIARA JAHE Q.



Cara Membuat Bubur Mutiara Jahe ini sangat gampang lhoo J, berikut tips-tipsnya.


Bahan:
§  200 g sagu mutiara
§  1 liter air
§  1 lembar pandan, potong-potong
§  2 cm jahe, memarkan
§  100 g gula pasir

Saus Santan:
§  300 ml santan kental
§  1 lembar pandan, potong-potong
§  ½ sdt garam

Cara membuat:
Didihkan air bersama pandan dan jahe. Masukkan biji mutiara, masak dengan api sedang hingga biji mutiara bening seluruhnya. Jika masih ada titik putih, tambahkan air panas, rebus kembali hingga bening dan kental. Masukkan gula pasir, masak hingga gula larut dan bubur kental. Angkat, sajikan dengan Saus Santan. Saus Santan: Rebus semua bahan menjadi satu hingga mendidih.Angkat. porsi untuk 4 orang.

Nah, Selamat Mencoba yah
J :*

NUTRISI DAN MANFAAT KACANG HIJAU UNTUK IBU HAMIL DAN MENYUSUI


Kacang hijau adalah makanan yang sudah biasa kita konsumsi sehari-hari. Karena tinggi kandungan gizi, maka ibu hamil dan menyusui disarankan untuk mengkonsumsi makanan yang satu ini. Selain dikonsumsi dalam bentuk biji-bijian, kacang hijau juga bisa dikonsumsi dalam bentuk toge/kecambah. Kandungan gizi pada toge tidak kalah banyak dengan kandungan gizi kacang hijau. Gizi dalam toge berbentuk mikromolekul sehingga mudah dicerna tubuh. Baik toge maupun kacang hijau memiliki kandungan gizi yang sangat kompleks.


1. Karbohidrat
Kacang hijau mengandung 62,90g/ 100g karbohidrat, sedangkan toge mengandung 4,1g/ 100g bahan. Zat pati didalam kacang hijau berfungsi membentuk glukosa yang akan diubah menjadi energi. Saat hamil dan menyusui kebutuhan akan kalori meningkat, jadi konsumsi kacang hijau akan membantu meningkatkan energi ibu hamil.



2.Protein
Tidak diragukan lagi bahwa kandungan protein dalam kacang hijau dan toge relatif tinggi. Kandungan protein kacang hijau per 100g adalah 22g, sedang toge 2,9g. Kandungan protein kacang hijau lebih tinggi daripada daging, telur, dan ikan. Namun, protein hewani lebih mudah diserap daripada protein nabati karena kandungan fitanyat. Fitat adalah molekul pembatas antara vitamin dan protein sehingga sulit diserap tubuh.
Protein di dalam kacang hijau adalah protein kompleks yang membentuk asam amino essensial dan non essensial. Asam amino essensial yang ada pada kacang hijau adalah isoleusin, leusin, lysine, methionin, phenilalanin, serta theoronin. Asam amino nonessensial adalah alanin, asam aspartat, arginin, asam glutamate, glisin, triptopan, dan tyrosin. Karena kandungan asam amino yang sangat komplek, maka kacang hijau adalah salah satu makanan yang sangat dianjurkan.
Protein adalah zat gizi yang berfungsi membentuk sel, memperbaiki sel, serta membentuk kromosom. Berdasarkan fungsinya maka ibu hamil membutuhkan banyak protein untuk pertumbuhan janin terutama di awal kehamilan. Kebutuhan protein ibu hamil sekitar 60-85 g per hari. Jika kacang hijau mengandung 22 g protein, maka sudah bisa mencukupi sekitar sepertiga kebutuhan total protein.
Pada masa menyusui protein digunakan untuk mengganti jaringan yang rusak akibat melahirkan sehingga perlukaan pada jalan lahir ataupun perut segera pulih. Selain itu, protein akan dikonsumsi bayi melalui ASI untuk pertumbuhannya. Jadi kacang hijau yang berprotein tinggi sangat disarankan untuk ibu hamil dan menyusui.


3.Lemak
Kandungan lemak dalam kacang hijau hanya 1,2g per 100g, sedang toge hanya 0,2g. Lemak kacang hijau terdiri dari 73% asam lemak tak jenuh dan 27% asam lemak jenuh. Asam lemak tak jenuh akan membentuk kolesterol baik yang dibutuhkan tubuh untuk mengurangi kolesterol jahat dalam darah. Selain itu, kacang hijau merupakan salah satu makanan yang mengandung fitosterol sebagai pencegah penyakit jantung.
Lemak bisa menjadi salah satu sumber energi ibu hamil, mengatur suhu tubuh, dan pembentuk hormon reproduksi. Kadar lemak dalam darah ibu hamil cenderung meningkat karena efek peningkatan estrogen. Untuk menguranginya bisa menggunakan asam lemak tak jenuh yang terkandung pada kacang hijau.
Ibu menyusui perlu mengkonsumsi kacang hijau karena lemak tak jenuh pada kacang hijau akan disalurkan untuk bayi melalui ASI. Asam lemak tak jenuh akan meningkatkan jumlah dan panjang akson, dendrite, serta neuron pada bayi sehingga bayi menjadi cerdas dan saraf-saraf yang lain akan tumbuh dengan optimal.


4.Vitamin
Vitamin yang terkandung pada kacang hijau dan toge antara lain vitamin A, B1, B2, dan C. Masing-masing vitamin memiliki peranan berbeda dalam metabolisme tubuh. Kandungan vitamin A pada kacang hijau sekitar 157 IU, sedang kecambah/ toge sebanyak 10 IU. Kebutuhan vitamin A ibu hamil adalah 500 IU, dan sepertiganya sudah tercukupi saat andamengkonsumsikacanghijau. Kekurangan vitamin A pada masa kehamilan bisa mengakibatkan kelahiran prematur dan menghambat pertumbuhan janin yang berakhir dengan berat badan lahir rendah. Sedangkan untuk ibu menyusui vitamin A akan disalurkan pada bayi melalui ASI. Kebutuhan vitamin A harus dipenuhi agar tidak terjadi devisiensi vitamin A yang akan merusak mata bayi.
Kacang hijau mengandung 0,64 mg vitamin B1 per 100 g. Vitamin B1 mempengaruhi kerja sistem saraf. Orang yang kekurangan vitamin ini akan mudah lelah dan stress. Tentu tidak baik jika ibu hamil maupun menyusui mengalami stress. Fungsi lain vitamin B1 adalah membuat kontraksi otot rahim saat melahirkan. Ibu yang kekurangan vitamin B1 akan sulit melahirkan karena rahim tidak berkontraksi. Namun kelebihan vitamin ini bisa menyebabkan kelahiran prematur.
Pasca persalinan seorang ibu harus merawat bayinya meskipun belum sembuh benar sehingga cenderung mengalami stress. Vitamin B1 pada kacang hijau akan membantu anda mengurangi stess. Selain itu vitamin B1 yang dikonsumsi bayi melalui ASI berfungsi membentuk reflek pada bayi.
Kandungan vitamin B2 pada 100g kacang hijau sekitar 0,39mg. Fungsi vitamin B2 adalah meningkatkan penyerapan protein sehingga mendukung proses pembentukan jaringan pada ibu nifas, pertumbuhan janin maupun bayi.
Vitamin lain yang terkandung pada kecambah/ toge adalah vitamin E. Selain berfungsi meningkatkan kesuburan, vitamin E juga merupakan antioksidan. Awal kehamilan dan kehidupan adalah waktu yang berbahaya karena radikal bebas ataupun virus bisa merusak kromosom yang dibentuk pada masa ini. Fungsi ini sama dengan vitamin C yang terkandungpadakacanghijau.


5.Mineral

Kacang hijau dan toge juga mengandung beberapa mineral penting yang diperlukan ibu hamil seperti kalsium, fosfor dan zat besi. Kacang hijau mengandung 125mg kalsium dan 320mg fosfor dalam 100 g bahan, sedangkan toge mengandung 29mg kalsium dan 69mg fosfor. Kebutuhan kalsium pada ibu hamil sekitar 1.200mg per hari dan sudah bisa dipenuhi dari konsumsi kacang hijau. Kalsium dan fosfor berperan besar dalam membentuk tulang janin. Sedangkan pada masa menyusui kalsium dan fosfor tetap dibutuhkan untuk pertumbuhan tulang dan gigi bayi secara optimal. Kekurangan kalsium saat hamil dan menyusui bisa menyebabkan osteoporosis pada ibu.
Zat besi berfungsi sebagai pembentuk hemoglobin dalam darah. Hemoglobin akan membuat darah menjadi lebih kental. Kekurangan zat besi menyebabkan darah menjadi encer sehingga mudah terjadi perdarahan saat melahirkan. Disisi lain, ibu hamil membutuhkan lebih banyak darah karena harus berbagi dengan janin. Kandungan zat besi dalam kacang hijau sekitar 6,7mg per 100g, atau dapat memenuhi seperlima kebutuhan zat besi dalam tubuh ibu hamil. Sedangkan untuk ibu menyusui zat besi dimanfaatkan untuk mengganti darah yang keluar serta menghindari anemia karena kelelahan.
Ternyata begitu besar ya manfaat dan kandungan gizi yang terkandung dalam kacang hijau. Oleh karena itu, ibu hamil dan menyusui sangat dianjurkan untuk sering mengkonsumsi kacang hijau. Jika bosan mengkonsumsinya dalam bentuk bubur kacang hijau, anda dapat mengkonsumsinya dalam bentuk kue, jus, atau toge. Anda juga bisa mengkonsumsi air rebusan kacang hijau sebagai pengganti teh. Selamat menikmati, semoga bermanfaat.


MANFAAT KACANG HIJAU

Siapa yang tidak mengenal kacang hijau (Phaseolus Aureus). Salah satu jenis polong-polongan yang mengandung protein nabati cukup tinggi dan menjadi salah satu sumber mineral penting bagi tubuh. Selain bisa diolah menjadi berbagai makanan, ibu hamil pun bisa mendapatkan berbagai manfaat kacang hijau.
1.  Asam folat
Asam folat dikenal dengan segudang manfaatnya untuk ibu hamil dan janinnya. Kabar baiknya, Anda bisa menemukan asam folat dalam kacang hijau. Untuk dapatkan manfaat maksimalnya, mulailah mengonsumsi asam folat ketika merencanakan kehamilan.
Asam folat sangat baik bagi perkembangan saraf bayi dalam kandungan. Menghindarkan terjadinya kelainan kantung, bibir sumbing dan berbagai kecacatan lainnya pada bayi. Tidak hanya itu, kandungan asam folat dalam kacang hijau dapat meningkatkan kecerdasan bayi.
2.  Protein tinggi
Protein dibutuhkan selama masa kehamilan untuk pertumbuhan sel-sel tubuh termasuk sel rambut bayi. Ibu hamil bisa menjadikan kacang hijau sebagai alternatif makanan sehari-hari karena mengandung 24% protein tinggi.
3.  Kalsium dan fosfor
Bagi ibu hamil yang tidak menyukai susu, kacang hijau bisa menjadi pilihan lain untuk dapatkan kalsium dan fosfor. Kandungan dua mineral tersebut baik untuk memperkuat tulang, baik selama masa kehamilan dan di luar kehamilan.
4.  Serat
Konstipasi sering menjadi masalah yang dialami ibu hamil. Untuk mengatasinya, Anda bisa mengonsumsi makanan olahan kacang hijau. Mengapa kacang hijau? Karena mengandung serat cukup tinggi sehingga dpaat membantu kelancaran proses pencernaan dan memelihara kesehatan saluran cerna sehingga penyerapan nutrisi oleh tubuh lebih baik.
5.  Lemak rendah
Pada umumnya, kacang-kacangan mengandung lemak tak jenuh tinggi yang penting untuk menjaga kesehatan jantung. Termasuk salah satunya kacang hijau yang tersusun atas 73% asam lemak tak jenuh dan 27% asam lemak jenuh. Rendahnya kadar lemak dalam kacang hijau membuat makanan atau minuman olahan dari kacang hijau tidak mudah tengik.
6.  Karbohidrat Kompleks
Sering merasa lelah di masa kehamilan? Anda bisa mulai mengonsumsi kacang hijau karena mengandung karbohidrat kompleks yang dapat mengatasi masalah tersebut. Karbohidrat kompleks dicerna tubuh lebih lama sehingga energi lebih stabil, dan Anda merasa kenyang lebih lama sehingga tidak mudah lelah.
7.  Vitamin B1 (tiamin)
Kandungan vitamin B1 dalam kacang hijau memberikan banyak manfaat, di antaranya :
  • Sebagai anti beri-beri
  • Membantu proses pertumbuhan
  • Meningkatkan nafsu makan dan memperbaiki saluran pencernaan
  • Sebagai sumber energi karena tanpa kehadiran vitamin B1, tubuh akan mengalami kesulitan dalam memecah karbohidrat
  • Memaksimalkan kerja syaraf. Ketika seseorang kurang mengonsumsi vitamin B1 dapat menyebabkan gejala seperti mudah tersinggung, susah konsentrasi dan kurang bersemangat.
8.  Vitamin B2 (riboflavin)
Kandungan vitamin B2 dalam kacang hijau membantu tubuh menyerap protein lebih efesien.
Manfaat kacang hijau tidak hanya baik dalam menjaga kesehatan tetapi juga kecantikan. Kandungan antioksidan dalam kacang hijau mampu memperlambat proses penuaan, kelembutan serta peremajaan kulit. Tidak ada ruginya bukan memasukan kacang hijau dalam daftar makanan Anda selama kehamilan?

Ibu Hamil dan Manfaat Kacang Hijau
Manfaat kacang hijau untuk ibu hamil, kacang hijau untuk ibu hamil, manfaat kacang hijau untuk ibu menyusui, manfaat kacang hijau bagi ibu hamil, manfaat kacang hijau bagi kehamilan, kacang hijau bagi kehamilan, makanan bumil dari kacang ijo, manfaat kacang hijau bagi ibu menyusui, kacang hijau dan ibu hamil, Manfaat kacang hijau pada wanita hamil, fungsi kacang hijau dalam asi, manfaat kacang hijau untuk merencanakan kehamilan, manfaat kacang kedelai bagi ibu hamil, manfaat kacang kacangan untuk ibu menyusui, manfaat kacang ijo untuk ibu hamil, , manfaat kacang ijo dan kedelai bagi ibu hamil, manfaat kacang hijau untuk bayi, manfaat kacang hijau untuk ibu hamil dan bayi, manfaat kacang hijau untuk janin, manfaat kacang kedelai bagi orang hamil, manfaat kacang polong, yang sering dialami ibu hamil, vitamin utk ibu yang merencanakan hamil, susu kacang kedelai untuk ibu menyusui, susu kacang kedelai untuk ibu hamil, Pengaruh wanita hamil naik motor, pengaruh kacang hijau pada wanita hamil, manfaat vitamin B2 untuk ibu hamil dan menyusui, manfaat susu kedele dan kacang ijo untuk ibu hamil.

Semoga Bermanfaat yah ^_^



USULAN PENELITIAN




FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB TINGGINYA PREVALENSI MASALAH GIZI MASYARAKAT di LANGKAT TAHUN 2012




LISBET GEA
NIM. 01031110070


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN MEDAN
JURUSAN GIZI
TAHUN 2012




BAB I
PENDAHULUAN

A.   Latar Belakang
Tujuan utama pembangunan nasional adalah peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM) yang dilakukan secara berkelanjutan. Indonesia sehat 2010 merupakan visi pembangunan nasional yang ingin dicapai melalui pembangunan kesehatan. Visi pembangunan gizi adalah mewujudkan keluarga mandiri sadar gizi untuk mencapai status gizi masyarakat atau keluarga yang optimal (Dinkes Sumatera Utara, 2006).
Indonesia saat ini mengalami masalah gizi ganda, yaitu masalah gizi kurang dan masalah gizi lebih. Secara umum terdapat empat masalah gizi dialami masyarakat Indonesia, yaitu Kurang Energi Protein (KEP), Kurang Vitamin A, Anemia Gizi Besi (AGB), dan Gangguan Akibat Kurang Yodium (GAKY).
Data dari UNICEF tahun 1999 menunjukkan bahwa sebanyak 10-12 juta (50-69,7%) anak balita di Indonesia, dimana 4 juta diantaranya dibawah satu tahun, berstatus gizi sangat buruk sehingga mengakibatkan kematian, dan malnutrisi berkelanjutan. Setiap tahun diperkirakan sebanyak 7% anak balita Indonesia (sekitar 300.000 jiwa) meninggal dan hal ini berarti setiap 2 menit terjadi kematian satu anak balita, dimana sebanyak 170.000 anak (60%) diantaranya akibat gizi buruk. Seluruh anak usia 4-24 bulan yang berjumlah 4,9 juta di Indonesia, sekitar seperempatnya sekarang berada dalam kondisi kurang gizi (Herwin, 2004).
Dari 33 provinsi yang ada di Indonesia 18 provinsi masih memilik prevalensi berat kurang diatas angka prevalensi nasional, yaitu berkisar antara 18,5% di provinsi banten sampai 30,5% di provinsi Nusa tenggara barat. Provinsi Sumatera Utara menempati posisi ke-14 dari ke-18 provinsi tersebut dengan prevalensi balita gizi buruk sebesar  7,8% gizi kurang 16,6%, gizi lebih 7,5%. Angka tersebut masih dibawah angka prevalensi nasional yaitu gizi  buruk sebesar  4,9%  dan gizi kurang 13,0 % gizi lebih 5,8% (Riskesdas 2010)
Berdasarkan survei anemia yang dilaksanakan tahun 2005 di empat kab/kota di Sumatera  Utara, yaitu Kota Medan, Binjai, Kab.Deli Serdang dan Langkat, diketahui bahwa 40,50% pekerja wanita menderita anemia. Salah satu upaya yang dilakukan untuk menurunkan prevalensi anemia adalah dengan pemberian tablet besi (Fe) sebanyak 90 tablet selama masa kehamilan. Cakupan ibu hamil yang mendapat 90 tablet besi di Sumatera Utara menunjukkan kenaikan yaitu 33,03% tahun 2003, naik menjadi 53,09% tahun 2005 dan menjadi 76,67% ditahun 2006 serta mengalami penurunan sedikit menjadi 75% di tahun 2007 dan tahun 2008 turun menjadi 68,85%, angka ini masih jauh dari target yang ditentukan yaitu 80%. (Riskesdas SUMUT 2008)
Prevalensi balita yang mendapat kapsul vitamin A di provinsi Sumatera Utara adalah  77,48% angka tersebut masih berada dibawah angka prevalensi nasional yaitu 83,26%. Sementara itu prevalensi ibu nifas yang mendapatkan kapsul vitamin A adalah 35,4% angka ini setara dengan prevalensi secara nasional.
Berdasarkan SKRT 2001, prevalensi anemia anak balita masih cukup tinggi. Semakin muda usia bayi semakin tinggi prevalensinya; pada bayi kurang dari 6 bulan
(61,3 persen), bayi 6-11 bulan (64,8 persen), dan anak usia 12-23 bulan (58 persen). Selanjutnya prevalensi menurun untuk anak usia 2 - 5 tahun.
Data Riskesdas 2007 menunjukkan bahwa di perkotaan 19,7 persen WUS menderita anemia dan 24,5 persen menderita anemia pada saat hamil. Anemia Gizi Besi (AGB) yang diderita oleh 8,1 juta anak balita, 10 juta anak usia sekolah, 3,5 juta remaja putri dan 2 juta ibu hamil. (Pedoman Kadarzi, 2007).
            Masalah kurang gizi lainnya yaitu Anemia Gizi Besi (AGB) yang diderita oleh8,1 juta anak balita, 10 juta anak usia sekolah, 3,5 juta remaja putri dan 2 juta ibu hamil. Masalah Gangguan Akibat Kurang Yodium (GAKY) diderita oleh sekitar 3,4 juta anak usia sekolah.
            Masalah Gangguan Akibat Kurang Yodium (GAKY) diderita oleh sekitar 3,4 juta anak usia sekolah.  (Pedoman strategi keluarga sadar gizi 2007 ). Tingkat gondok total (TGR) anak sekolah meningkat dari 9,8% pada tahun 1998 menjadi 11,1% pada tahun 2003.
            Provinsi dengan cakupan konsumsi garam cukup beryodium terendah adalah Nusa Tenggara Barat (27,9%), Nusa Tenggara Timur (31,0%) dan Sulawesi Barat (34,2%), sedangkan provinsi dengan cakupan tertinggi adalah Kep. Bangka Belitung (98,7%), Jambi (94,4%) dan Sumatera Selatan (93,0%).

Kabupaten Langkat merupakan salah satu dari 25 kabupaten/kota yang ada di Provinsi Sumatera Utara. Jumlah penduduk di Kabupaten ini adalah 1.057.768 jiwa. Berdasarkan Profil Dinas Kesehatan tahun 2010 dapat dilihat bahwa di Kabupaten Langkat, Deteksi Dini Tumbuh Kembang Anak Balita masih dibawah yang diharapkan hanya mencapai 13,89% dari jumlah balita 93.268 sedangkan dilihat dari standard nasional pada indikator deteksi dini tumbuh kembang balita sebesar 90% dan status gizi balita di Kabupaten Langkat dengan prevalensi Bawah Garis Merah (BGM) sebesar 2,88% dan gizi buruk sebesar 0,35% (Dinas Kesehatan Kabupaten Langkat, 2010).
            Prevalensi gizi lebih Provinsi Sumtera Utara di atas angka nasional (4,3%). Secara umum prevalensi di tiap kabupaten/kota masih berada di bawah 10%. Namun kota Medan dan Kabupaten Langkat perlu waspada mengingat prevalensi balita gizi lebih sudah mendekati 10% yaitu masing-masing 8,5%  dan 8,3%. (riskesdas 2007)
            Merujuk pada data-data tersebut di atas maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian terhadap masalah-masalah gizi masyarakat yang terjadi di kabupaten Langkat Provinsi Sumatera Utara.

B.   Rumusan Masalah
            Berdasarkan latar belakang di atas, maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah apakah faktor-faktor penyebab tingginya prevalensi masalah gizi masyarakat di kabupaten Langkat tahun 2012.

C.   Tujuan Penelitian
1.    Tujuan Umum
Untuk mengetahui faktor-faktor penyebab tingginya masalah gizi masyarakat di kabupaten Langkat tahun 2012.
2.    Tujuan khusus
1.  Mendapatkan informasi tentang gambaran masalah gizi masyarakat yang umum terjadi di kabupaten langkat
2.  Mendapatkan informasi tentang gambaran status gizi pada balita di kabupaten langkat
3.  Mendapatkan informasi tentang gambaran masalah gizi lebih dikabupaten langkat
4.  Mendapatkan informasi tentang gambaran status gizi wanita usia subur (WUS) dikabupaten Langkat

D.   Manfaat Penelitiian
1.  Sebagai masukan bagi pemerintah khususnya dinas kesehatan kabupaten langkat dalam penentuan arah kebijakan program pencegahan dan mengatasi masih adanya masalah gizi di masyarakat
2.  Meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang gizi untuk mengurangi terjadinya masalah gizi di masyarakat
3.  Diharapkan menjadi pengalaman belajar serta menambah wawasan dalam melakukan penilitian bidang kesehatan masyarakat


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A.   Kurang Energi Protein (KEP)
Kurang energi protein (KEP) adalah keadaan kurang gizi yang disebabkan oleh rendahnya konsumsi energi dan protein dalam makanan sehari-hari dan atau gangguan penyakit tertentu sehingga tidak memenuhi Angka Kecukupan Gizi (AKG). Disebut kurang energy protein (KEP) apabila berat badannya kurang dari 80 % indeks berat badan menurut (BB/U) baku WHO-NCHS. Istilah Kurang Energi Protein (KEP) digunakan untuk menggambarkan kondisi klinik berspektrum luas yang berkisar antara sedang sampai berat. Kurang energi protein (KEP) yang berat memperlihatkan gambaran yang pasti dan benar (tidak mungkin salah) artinya pasien hanya berbentuk kulit pembungkus tulang, dan bila berjalan bagaikan tengkorak  (Daldiyono dan Thaha, 1998).
            Berdasarkan data BPS, pada tahun 2009 jumlah penduduk sangat rawan pangan (asupan kalori <1.400 Kkal/orang/hari) mencapai 14,47 persen, meningkat dibandingkan dengan kondisi tahun 2008, yaitu 11,07 persen. Rendahnya aksesibilitas pangan (kemampuan rumah tangga untuk selalu memenuhi kebutuhan pangan anggotanya) mengancam penurunan konsumsi makanan yang beragam, bergizi-seimbang, dan aman di tingkat rumah tangga. Pada akhirnya akan berdampak pada semakin beratnya masalah kurang gizi masyarakat, terutama pada kelompok rentan yaitu ibu, bayi dan anak.
            Status gizi janin dalam kandungan dipengaruhi oleh status gizi bu hamil, bahkan status gizi ibu pada saat sebelum hamil. Kurang gizi pada wanita usia subur (WUS) yang disebut kurang energi kronis (KEK) ditandai dengan lingkar lengan atas (LILA) kurang dari 23,5 cm, sehingga ibu tersebut mempunyai resiko melahirkan bayi berat lahir rendah (BBLR) karena sejak dalam kandungan janin sudah mengalami kegagalan pertumbuhan janin (foetal growth retardation).  Secara nasional WUS dengan KEK menurun dalam satu dekade terakhir, dari 24,9 persen pada tahun 1999 ke 16,7 persen pada tahun 2003 dan menjadi 13,6 persen pada tahun 2007.

Berdasarkan proses terjadinya dapat dibedakan menjadi:
1.    Kekurangan Energi Protein Primer: bila terjadinya akibat tidak tersedianya zat gizi/bahan makanan.
2.    Kekurangan Energi Protein Sekunder: bila terjadinya karena adanya kelainan/menderita penyakit.
Bentuk Kekurangan Energi Proein (KEP), berdasarkan penyebab dan gambaran klinisnya dibedakan menjadi :
·         Marasmus: akibat kekurangan energy
·         Kwasiorkor: akibat kekurangan protein
·         Marasmus Kwasiorkor: akibat kekurangan energi dan protein, dimana gambaran klinisnya merupakan gabungan dari kedua kelainan tersebut
Pada balita yang mengalami kekurangan energi protein (KEP) dapat diukur berdasarkan 3 pengukuran yaitu Tinggi Badan (TB)/Umur disebut juga balita pendek ( stunting ), BB/TB disebut juga balita kurus ( wasting ) dan BB/Umur disebut juga kurang berat badan (under weight).

B.   Anemia Gizi Besi (AGB)
            Anemia adalah keadaan dimana jumlah sel darah merah atau jumlah hemoglobin (protein pembawa oksigen) dalam sel darah merah berada dibawah normal. Sel darah merah mengandung hemoglobin,  yang  memungkinkan  mereka  mengangkut  oksigen  dari paru-paru dan mengantarkannya ke seluruh bagian tubuh. Anemia  menyebabkan berkurangnya  jumlah sel darah merah atau jumlah hemoglobin dalam sel darah merah, sehingga darah tidak dapat mengangkut oksigen dalam jumlah sesuai yang diperlukan tubuh.
            Masalah anemia pada WUS juga perlu mendapat perhatian sejak sebelum hamil agar janin terhindar dari resiko kurang zat besi. Anemia berat pada ibu hamil meningkatkan resiko kematian ibu melahirkan akibat perdarahan pasca persalinan. Data Riskesdas 2007 menunjukkan bahwa di perkotaan 19,7 persen WUS menderita anemia dan 24,5 persen menderita anemia pada saat hamil.             
            Penyebab AGB adalah kurangnya daya beli masyarakat untuk menkonsumsi makanan sumber zat besi, terutaa dengan ketersediaan biologik tinggi (hewani), dan pada perempuan ditambah dengan kehilangan darah melalui haid dan pada persalinan.        AGB menyebabkan penurunan kemampuan fisik atau produktivitas kerja, penurunan kemampuan berpikir, dan penurunan antibodi sehingga mudah terserang infeksi.
           
C.   Kurang Vitamin A (KVA)
            Vitamin A dikenal sebagai vitamin penglihatan. Karena kekurangan vitamin A dapat menyebabkan gangguan penglihatan yang dikenal dengan buta senja atau xeropthalmia yang dikenal dengan “mata kering” yang dapat berlanjut pada kebutaan. Sejak awal tahun 1980-an diketahui bahwa angka kematian meningkat pada anak balita yang kurang vitamin A, bahkan sebelum ada tanda-tanda xeropthalmia.
            KVA termasuk kedalam empat masalah gizi utama. Penelitian yang dilakukan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) tahun 1992 menunjukkan dari 20 juta balita di Indonesia yang berumur enam bulan hingga lima tahun, setengahnya menderita kurang vitamin A. Sedangkan data WHO tahun 1995 menyebutkan Indonesia adalah salah satu negara di Asia yang tingkat pemenuhan terhadap vitamin A tergolong rendah.
            Sementara studi yang dilakukan Nutrition and Health Surveillance System (NSS), Departemen Kesehatan, tahun 2001 menunjukkan sekitar 50 persen anak Indonesia usia 12-23 bulan tidak mengonsumsi vitamin A dengan cukup dari makanan sehari-hari. 
Oleh karena itu sangat penting untuk mngetahui masalah kKurang vitamin A (KVA).
            Xerophthalmia merupakan masalah kesehatan masyarakat yang telah dapat ditangani sejak tahun 2006 (studi gizi mikro di 10 provinsi), namun KVA pada balita dapat berakibat menurunnya daya tahan tubuh sehingga dapat meningkatkan kesakitan dan kematian. Untuk itu suplementasi vitamin A tetap harus diberikan pada balita 6-59 bulan, setiap 6 bulan, dianjurkan pada bulan kampanye kapsul vitamin A yaitu pada bulan Februari dan Agustus. Kapsul vitamin A juga harus didistribusikan pada balita
di daerah endemik campak dan diare. Data Riskesdas 2010 menunjukkan bahwa cakupan pemberian kapsul vitamin A secara nasional pada anak balita sebesar 69,8 persen . Terjadi disparitas antar provinsi dengan jarak 49,3 persen sampai 91,1 persen.
            Kekurangan Vitamin A (KVA) masih merupakan masalah yang tersebar di seluruh dunia terutama negara berkembang dan dapat terjadi pada semua umur terutama pada masa pertumbuhan (balita). Kekurangan vitamin A dapat menurunkan sistem kekebalan tubuh dan menurunkan epitelisme sel-sel kulit. Kekurangan vitamin A dapat terjadi karena beberapa sebab antara lain konsumsi makanan yang tidak cukup mengandung vitamin A atau provitamin A untuk jangka waktu yang lama, bayi yang tidak diberikan ASI eksklusif, menu tidak seimbang (kurang mengandung lemak, protein, zink atau zat gizi lainnya) yang diperlukan untuk penyerapan vitamin A dan penggunaan vitamin A dalam tubuh, adanya gangguan penyerapan vitamin A dan provitamin A seperti pada penyakit-penyakit antara lain diare kronik, KEP dan lain-lain sehingga kebutuhan vitamin A meningkat, adanya kerusakan hati yang menyebabkan gangguan pembentukan retinol binding protein (RBP) dan pre-albumin yang penting untuk penyerapan vitamin.
           
D.   Gangguan Akibat Kurang Yodium (GAKY)
            Gangguan akibat kekurangan yodium adalah sekumpulan gajala yang dapat ditimbulkan karena tubuh seseorang kekurangan unsur yodium secara terus-menerus dalam waktu cukup lama. (DepKes RI, 2000). Menurut Supariasa 2011, gangguan akibat kekurangan yodium (GAKY) adalah rangkaian kekurangan yodium pada tumbuh kembang manusia, Sprektum seluruhnya terdiri dari gondok dalam berbagai stadium, kretin endemik yang ditandai terutama oleh gangguan mental, gangguan pendengaran, gangguan pada aak dan dewasa, sering dengan kadar hormon rendah angka lahir dan kematian janin meningkat.
            Yodium merupakan zat essensial bagi tubuh, karena merupakan komponen dari Hormon tiroksin. Terdapat dua ikatan organik yang menunjukkan bioaktifitas hormon ini, ialah trijodotyronin T3 dan Tetrajodotyronin T4, yang terakhir juga disebut juga Tiroksin. (Sediaoetama, 2006). Dalam tubuh terkandung sekitar 25 mg yodium yang tersebar dalam semua jaringan tubuh, kandungannya yang tinggi yaitu sekitar sepertiganya terdapat dalam kelenjar tiroid dan yang relatif lebih tinggi dari itu ialah pada ovari, otot, dan darah.

Pengaruh utama defisiensi yodium pada janin ialah kretinisme endemis. Gejala khas kretinisme terbagi menjadi dua jenis, yaitu jenis saraf yang menampilkan tanda dan gejala seperti kemunduran mental, bisu-tuli dan diplegia spastik. Jenis kedua yaitu bentuk miksedema yang memperlihatkan tanda hipotiroidisme dan dwarfisme (Arisman, 2004). Selain berpengaruh pada angka kematian, kekurangan yang parah dan berlangsung lama akan mempengaruhi fungsi tiroid bayi yang kemudian mengancam perkembangan otak secara dini. (Arisman, 2004)
Pada orang dewasa, kekurangan yodium menyebabakan keadaan lemas dan cepat lelah, produktifitas dan peran dalam kehidupan sosial rendah (isna, 2009), Gondok dan penyulit, Hipotiroidisme, Hipertiroidisme diimbas oleh yodium. (Arisman, 2004).
Pada ibu hamil menyebabkan keguguran spontan, lahir mati dan kematian bayi, mempengaruhi otak bayi dan kemungkinan menjadi cebol pada saat dewasa nanti. Seorang ibu yang menderita pembesaran gondok akan melahirkan bayi yang juga menderita kekurangan yodium. Jika tidak segera diobati, maka pada usia 1 tahun, sudah akan terjadi pembesaran pada kelenjar gondoknya. (Isna, 2009).
            Gangguan Akibat Kekurangan Yodium (GAKY) adalah sekumpulan gejala yang
timbul karena tubuh seseorang kurang unsur Iodium secara terus-menerus dalam jangka waktu lama. Kekurangan Iodium saat ini tidak terbatas pada gondok dan kretinisme saja, tetapi ternyata kekurangan Iodium berpengaruh terhadap kualitas sumber daya manusia secara luas, meliputi tumbuh kembang, termasuk perkembangan otak sehingga terjadi penurunan potensi tingkat kecerdasan (Intelligence Quotient=IQ).
           
E.   Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Status Gizi
            Menurut Apriadji (1986), ada dua faktor yang berperan dalam menentukan gizi seseorang yaitu:
1. Faktor Gizi Eksternal
            Faktor gizi eksternal adalah faktor-faktor yang berpengaruh diluar diri seseorang, yaitu daya beli keluarga, latar belakang sosial budaya, tingkat pendidikan dan pengetahuan gizi, jumlah anggota keluarga dan kebersihan lingkungan.

2. Faktor Gizi Internal
            Faktor gizi internal adalah faktor-faktor yang menjadi dasar pemenuhan tingkat kebutuhan gizi seseorang, yaitu nilai cerna makanan, status kesehatan, status fisiologis, kegiatan, umur, jenis kelamin dan ukuran tubuh. Secara langsung status gizi dipengaruhi oleh asupan gizi dan penyakit infeksi yang mungkin diderita anak. Kedua penyebab langsung ini sangat terkait dengan pola asuh anak diberikan oleh ibu/pengasuh. Dan penyebab tidak langsung adalah ketahanan pangan di keluarga, pola pengasuhan anak serta pelayanan kesehatan dan kesehatan lingkungan. Ketiga faktor ini saling berkaitan dengan pendidikan, pengetahuan dan keterampilan keluarga (Dinkes Sumatera Utara, 2006).

F.    Penilaian Status Gizi
Untuk mengetahui pertumbuhan anak, secara praktis dilakukan pengukuran tinggi badan dan berat badan secara teratur. Ada beberapa cara menilai status gizi yaitu dengan pengukuran antropometri, klinis, biokimia dan biofisik yang disebut dengan penilaian status gizi secara langsung. Pengukuran status gizi anak berdasarkan antropometri adalah jenis pengukuran yang paling sederhana dan praktis karena mudah dilakukan dan dapat dilakukan dalam jumlah sampel yang besar. Secara umum antropometri adalah ukuran tubuh manusia. Antropometri merupakan pengukuran dimensi tubuh dan komposisi tubuh dari berbagai tingkat umur dan tingkat gizi yang dapat dilakukan terhadap Berat Badan (BB), Tinggi Badan (TB) dan lingkaran bagian-bagian tubuh serta tebal lemak dibawah kulit (Supariasa, dkk, 2001).
            Status gizi balita diukur berdasarkan umur, berat badan (BB) dan tinggi badan (TB). Berat badan anak ditimbang dengan timbangan digital yang memiliki presisi 0,1 kg, panjang badan diukur dengan length-board dengan presisi 0,1 cm, dan tinggi badan diukur dengan menggunakan microtoise dengan presisi 0,1 cm. Variabel BB dan TB anak ini disajikan dalam bentuk tiga indikator antropometri, yaitu: berat badan menurut umur (BB/U), tinggi badan menurut umur (TB/U), dan berat badan menurut tinggi badan (BB/TB).
            Untuk menilai status gizi anak, maka angka berat badan dan tinggi badan setiap balita dikonversikan ke dalam bentuk nilai terstandar (Z-score) dengan menggunakan baku antropometri balita WHO 2005. Selanjutnya berdasarkan nilai Z-score masing-masing indikator tersebut ditentukan status gizi balita dengan batasan sebagai berikut :

a.    Klasifikasi Status Gizi Berdasarkan indikator BB/U :
Gizi sangat kurang              : Zscore < -3,0
Gizi Kurang                           :  Zscore >= -3,0 s/d Zscore < -2,0
Gizi Baik                                :  Zscore >= -2,0 s/d Zscore <= 2,0
Gizi Lebih                              :  Zscore > 2,0

b.    Klasifikasi Status Gizi Berdasarkan indikator TB/U:
Sangat Pendek                    : Zscore < -3,0
Pendek                                  : Zscore >=- 3,0 s/d Zscore < -2,0
Normal                                   : Zscore >= -2,0 s/d 2,0

c.    Klasifikasi Status Gizi Berdasarkan indikator BB/TB:
Sangat Kurus                       : Zscore < -3,0
Kurus                                                  : Zscore >= -3,0 s/d Zscore < -2,0
Normal                                    : Zscore >= -2,0 s/d Zscore < =2,0
Gemuk                                    : Zscore > 2,0

d.    Klasifikasi Status Gizi Berdasarkan gabungan indikator TB/U dan BB/TB:
Pendek-Kurus          : Zscore TB/U < -2,0 dan ZScore BB/TB < -2,0
Pendek-Normal        :Zscore TB/U < -2,0 dan Zscore BB/TB antara -2,0 s/d 2,0
Pendek-Gemuk        :Zscore TB/U < -2,0 dan Zscore BB/TB > 2,0
TB Normal-Kurus     :Zscore TB/U > = -2,0 dan Zscore BB/TB < -2,0
TB Normal-Normal   :Zscore TB/U >= -2,0 dan Zscore BB/TB antara -2,0 s/d 2,0
TB Normal-Gemuk   :Zscore TB/U >= -2,0 dan Zscore BB/TB > 2,0




Perhitungan angka prevalensi dilakukan sebagai berikut:
Berdasarkan indikator BB/U:
Prevalensi gizi buruk          = (S Balita gizi buruk/S Balita) x 100%
Prevalensi gizi kurang         = (S Balita gizi kurang/S Balita) x 100%
Prevalensi gizi baik                          = (S Balita gizi baik/S Balita) x 100%
Prevalensi gizi lebih                        = (SBalita gizi lebih/S Balita) x 100%

Berdasarkan indikator TB/U:
Prevalensi sangat pendek  = (S Balita sangat pendek/S Balita) x 100%
Prevalensi pendek              =  (S Balita pendek/S Balita) x 100%
Prevalensi normal               =  (S Balita normal/S Balita) x 100%

Berdasarkan indikator BB/TB:
Prevalensi sangat kurus    = (S Balita sangat kurus/S Balita) x 100%
Prevalensi kurus                  = (S Balita kurus/S Balita) x 100%
Prevalensi normal               = (S Balita normal/S Balita) x 100%
Prevalensi gemuk                = (S Balita gemuk/S Balita) x 100%

Berdasarkan gabungan indikator TB/U dan BB/TB
Prevalensi pendek-kurus               = (S Balita pendek- kurus/ S Balita)x100%
Prevalensi pendek-normal                         = (S Balita pendek-normal/S Balita)x100%
Prevalensi pendek-gemuk                         = (S Balita pendek-gemuk/S Balita)x100%
Prevalensi TB normal-kurus          = (S Balita normal-kurus/S Balita)x100%
Prevalensi TB normal-normal        = (S Balita normal-normal/S Balita)x100%
Prevalensi TB normal-gemuk        =  (S Balita normal-gemuk/S Balita)x100%


BAB III
METODE PENELITIAN

  1. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini akan dilakukan di kabupaten Langkat provinsi Sumatera Utara pada bulan November 2012
  1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini bersifat observasional dengan rancangan cross sectional yaitu melihat faktor – faktor apa saja yang mempengaruhi tingginya masalah gizi masyarakat di kabupaten Langkat provinsi Sumatera Utara.
  1. Populasi dan Sampel
1.    Populasi adalah seluruh keluarga yang mempunyai anak balita, wanita usia subur (WUS), dan ibu hamil.
2.    Sampel penelitian seluruh populasi dijadikan sampel pada penelitian ini.
D.   Jenis dan Cara Pengumpulan Data
a.    Data primer
1.    Identitas keluarga
Data diperoleh dengan wawancara dengan alat bantu kuesioner.
2.    Status Gizi
a.    Balita
§  BB : diperoleh dengan menimbang berat badan dengan menggunakan timbangan injak digital dengan ketelitian 0,001 kg.
§  TB : diperoleh dengan mengukur tinggi badan dengan menggunakan mikrotoice dengan ketelitian 0,1 cm.
b.    WUS
§  BB : diperoleh dengan menimbang berat badan dengan menggunakan timbangan injak digital dengan ketelitian 0,001 kg.
§  TB : diperoleh dengan mengukur tinggi badan dengan menggunakan mikrotoice dengan ketelitian 0,1 cm.
c.    Ibu Hamil
§  LILA          : diperoleh dengan menggunakan pita LILA
§  Kadar HB :  diperoleh dengan melakukan uji sahli.
3.    Asupan Gizi
Asupan gizi diperoleh dengan menggunakan metode food recall 24 jam selama 1 hari.
b.    Data sekunder
Data gambaran umum kabupaten Langkat provinsi Sumatera Utara.

E.   Defenisi Operasional
a.    Status gizi : adalah eksperi dari  keadaan keseimbangan dalam bentuk variabel tertentu, atau perwujudan dari nutriture dalam bentuk variabel tertentu..
b.    Konsumsi makanan : adalah pengukuran untuk mengetahui kenyataan apa yang dimakan oleh masyarakat dan hal ini dapat berguna untuk mengukur status gizi dan menemukan faktor diet yang dapat menyababkan malnutrisi.

  1. Pengolahan dan Analisis data
a.    Pengolahan data
-          Editing
Yaitu langkah untuk mengecek kelengkapan data dan identitas
-          Pengelompokan data
Yaitu cara mengelompokkan data untuk setiap karakteristik sampel yang diteliti kedalam bentuk distribusi frekuensi yang telah diklasifikasikan
-          Tabulasi
Data nilai dikumpulkan dan dikelompokkan kedalam bentuk tabel.



b.    Analisis data
-          Analisis deskriptif
Data disajikan dalam bentuk grafik dan dianalisis berdasarkan persentase.
-          Analisi statistik
Untuk mengetahui faktor – faktor apa penyebab tingginya prevalensi masalah gizi masyarakat di kabupaten Langkat provinsi Sumatera Utara dilakukan dengan uji Chi – Square.
Pengambilan keputusan berdasarkan probabilitas yaitu bila p < 0,05 maka Ho ditolak.